Sabtu, 21 April 2012

Kebebasan Manusia Setelah Jatuh Dalam Dosa

Dari tema diatas kita melihat seakan-akan ada pertentangan antara Kedaulatan Allah dan Kebebasan manusia, namun benarkah demikian yg dinyatakan oleh Alkitab?? Apakah Alkitab mendukung Kedaulatan Allah saja dan mengabaikan kebebasan manusia?? Apakah Alkitab mendukung Kebebasan manusia saja dan mengabaikan Kedaulatan Allah?? Atau Alkitab mendukung keduanya?? J.J.Paker di dalam bukunya yang berjudul Evangelism & Souvereignity of God (terbitan Momentum) memberikan penjelasan awal sbb: Kedaulatan Allah dan tanggung jawab manusia merupakan sesuatu yang tampak berkontradiksi namun kedua-duanya sama-sama masuk akal / logis dan sama-sama penting. Dan di dalam bukunya itu J.J. Paker menggunakan istilah Antimoni (di dalam buku tsb dijelaskan arti sebenarnya dari kata Antimoni). Antimoni adalah 2 kebenaran yang tampaknya tidak bersesuaian. Antimony muncul ketika ada 2 kebenaran yang keduanya tak dapat disangkal tetapi tampak tidak dapat disesuaikan. Keduanya sama-sama ditopang oleh alasan yang kuat dan bukti yang jelas dan kuat sehingga layak untuk dipercaya, tetapi bagaimana mencocokan keduanya masih merupakan misteri. Anda melihat bahwa keduanya benar tetapi anda tidak mengerti bagaimana keduanya dapat sama-sama benar. Salah satu contoh antimony yang dihadapi fisika modern dalam studi mengenai cahaya. Ada bukti kuat bahwa cahaya terdiri dari gelombang, tapi bukti lain yang sama kuatnya menunjukkan bahwa cahaya terdiri dari partikel. Sulit dimengerti bagaimana cahaya dapat terdiri dari gelombang dan sekaligus partikel, tetapi buktinya ada sehingga tak satu pun dari kedua pandangan itu dapat dibuang atau dikurangi atau dijelaskan dari sudut pandang lain. Kedua pandangan yang tampak tidak dapat berdampingan itu harus sama-sama diterima sebagai kebenaran. Memang hal ini sulit diterima akal, tetapi harus diterima jika kita ingin setia pada fakta. Kita mengetahui bahwa permasalahan ini adalah permasalahan yang tidak sederhana. Namun saya akan mencoba untuk menjelaskan permasalahan ini, walaupun mungkin tidak dapat menyelesaikan seluruh permasalahan yang ada. Saya akan membagi penjelasan saya di dalam 2 bagian yaitu: 1.Kebebasan manusia setelah jatuh di dalam dosa. Setelah manusia jatuh di dalam dosa maka seluruh aspek dari manusia mengalami pergeseran (rusak). Sehingga manusia tidak dapat lagi mengenali / mencari Kebenaran yang sesungguhnya atas usahanya sendiri(mengenai hal ini dapat dipelajari di dalam ajaran TULIP yaitu Total Depravity). Dan karena manusia telah jatuh di dalam dosa maka hubungan antara Allah dan manusia pun rusak. Sehingga manusia mengalami “keterpisahan” dari Allah. Sedangkan kita telah mengetahui bahwa kehidupan manusia haruslah mengarahkan dirinnya kepada Allah atau berpusat kepada Allah, tanpa itu maka manusia hanya berada di dalam kegelapan(berpusat pada diri sendiri atau pada ciptaan lainnya). Mengenai hal ini anda dpt baca di artikel berikut: allah-pencipta-dosa- jika kita telah memahami hal ini maka dengan sendirinya kita mengetahui bahwa tanpa Anugerah dari Allah maka manusia tidak akan pernah bisa kembali kepada Kebenaran yang sesungguhnya. Artinya semenjak manusia jatuh di dalam dosa maka manusia tidak lagi memiliki kebebasan yang sesungguhnya melainkan sudah berada di dalam kuasa kegelapan. Atau dengan kata lain manusia sudah tidak dapat lagi “memiliki kebebasan untuk memilih” karena semenjak manusia jatuh di dalam dosa, manusia mengalami keterpisahan dengan Allah dan di dalam manusia tidak ada terang Allah sehingga apa yang dilakukan manusia tidak lagi sesuai dgn kehendakNya. Dan apa yang dipilih manusia tidak berpusat lagi kepada Allah. Untuk memahami hal ini saya akan berikan sebuah contoh (namun perlu di ingat contoh ini mungkin tidak dapat merepresentasikan segala sesuatunya). Contoh: Jika seseorang memiliki kebebasan untuk memilih, apakah ia ingin merokok /narkoba atau tidak? Sebelum ia memilih ,ia bebas untuk memilih, namun pada saat ia memilih untuk merokok/narkoba maka di kemudian hari ia tidak memiliki kebebasan lagi untuk memilih karena pada saat ia memilih untuk merokok/narkoba maka ia akan kecanduan sehingga ia sudah terbelenggu dan sudah tidak memiliki kebebasan lagi untuk memilih. Ini saya sebut sebuah kebebasan yang disalah gunakan sehingga pada akhirnya ia tidak memiliki kebebasan lagi (walaupun mungkin org tsb merasa bebas untuk memilih namun sebenarnya tidak, ia sudah terbelenggu). Demikian juga halnya dgn dosa. Adam diberi “Kebebasan” oleh Allah untuk memilih (taat atau tidak), namun pilihan Adam memiliki konsekuensi yang akan diterimanya. Dan pada saat Adam memilih untuk tidak taat maka pada saat itu adam sudah tidak memiliki lagi kebebasan untuk memilih karena adam telah dikuasai oleh dosa (terbelenggu). Dan semua manusia mengalami ini yaitu terbelenggu oleh dosa karena dosa asal. Dan hal ini jelas dinyatakan oleh Alkitab sbb: Roma 7:18 Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik. Yakobus 1 :13- 14 13 Apabila seorang dicobai, janganlah ia berkata: "Pencobaan ini datang dari Allah!" Sebab Allah tidak dapat dicobai oleh yang jahat, dan Ia sendiri tidak mencobai siapapun. 14 Tetapi tiap-tiap orang dicobai oleh keinginannya sendiri, karena ia diseret dan dipikat olehnya. Yakobus 1 : 17 Setiap pemberian yang baik dan setiap anugerah yang sempurna, datangnya dari atas, diturunkan dari Bapa segala terang; pada-Nya tidak ada perubahan atau bayangan karena pertukaran. Yakobus 3:14-15 14 Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran! 15 Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan dan hal ini dikonformasi oleh perkataan Yesus sendiri. Yoh 8 :41-44 41 Kamu mengerjakan pekerjaan bapamu sendiri." Jawab mereka: "Kami tidak dilahirkan dari zinah. Bapa kami satu, yaitu Allah." 42 Kata Yesus kepada mereka: "Jikalau Allah adalah Bapamu, kamu akan mengasihi Aku, sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku. 43 Apakah sebabnya kamu tidak mengerti bahasa-Ku? Sebab kamu tidak dapat menangkap firman-Ku. 44 Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta.. Jadi penjelasan saya diatas sesuai dengan prinsip Alkitab yaitu sesuatu yang baik datangnya dari Allah dan yang jahat berasal dari diri kita sendiri atau dari setan.(dan prinsip ini juga dipegang di dalam ajaran Reformed ). Lalu bagaimana dengan ayat2 yg “seakan2 menyatakan bahwa Allah-lah yg menetapkan kejahatan”?? Namun sebelum saya membahas masalah ini, saya ingin menjelaskan terlebih dahulu mengenai keselamatan dan penghukuman kekal. Kita telah mengetahui bahwa semua manusia telah berdosa dan Alkitab dengan jelas menyatakan bahwa upah Dosa adalah maut. Oleh karena itu kita semua sudah selayaknya di hukum(saya garisbawahi disini bahwa kita semua sudah selayaknya di hukum karena kita semua telah berdosa.). Namun karena Kasih-Nya maka Allah memberikan Anugerah Keselamatan kepada umat Pilihan-Nya. Dan Allah memberikan iman kepada umat pilihan-Nya sehingga umat pilihan-Nya dapat beriman kepada Yesus Kristus dan menerima keselamatan. Kita dapat melihat dengan jelas, bahwa manusia beriman sebab anugerah Allah, dan mereka yang tidak percaya Yesus tidak akan dihukum karena tidak memiliki iman, melainkan akan dihukum karena perbuatannya yang jahat. Keselamatan berkaitan dengan iman, sedangkan hukuman berkaitan dengan perbuatan. Itulah aksioma Alkitab yang selaras dari awal sampai akhir. Untuk memahami hal ini lebih lanjut dapat dibaca di link berikut ini Dengan pemahaman konsep diatas, saya akan menjelaskan hubungan antara Kedaulatan Allah, Kebebasan manusia, Anugerah Allah dan dosa. Semenjak manusia jatuh di dalam dosa ,manusia sudah “tidak memiliki kebebasan lagi” (walaupun secara lahiriah manusia terlihat spt memiliki kebebasan) namun sebenarnya manusia telah terbelenggu oleh kuasa dosa, sehingga apa yang dilakukannya berpusat pada diri sendiri dan mengikuti keinginan daging. Dan jika manusia berbuat kebaikan hal itu semata hanya karena Anugerah Allah saja. Artinya Anugerah Allah(Anugerah umum) yang menahan manusia agar manusia tidak semakin bobrok. Dengan demikian jika Allah tidak memberikan Anugerahnya kepada manusia maka manusia hanya dapat melakukan sesuatu yg jahat. Untuk memahami hal ini saya akan berikan satu contoh: Saya adalah orang berdosa, misalkan saya selalu memiliki keinginan daging yaitu mencuri. Dan kuasa dosa telah membelenggu saya sehingga saya selalu ingin mencuri. Dan hanya karena Anugerah Allah maka saya dapat menahan untuk tidak mencuri. Sebaliknya jika Allah tidak memberikan AnugerahNya kepada saya maka saya tidak dapat menahan untuk tidak mencuri(karena saya akan selalu mengikuti/melakukan yang jahat.) dan semuanya ini dapat terjadi atas “seizin” Allah yang telah “ditetapkan” di dalam rencanaNya yang kekal.. atau dengan kata lain jika Allah tidak mengizinkan maka hal tsb tidak akan mungkin terjadi. Sehingga segala sesuatunya tetap berada di dalam kedaulatan Allah. Sekarang kita lihat ayat2 yang menyatakan “seakan-akan Allah yang menetapkan kejahatan” yaitu: Kel 4 :21 Firman TUHAN kepada Musa: "Pada waktu engkau hendak kembali ini ke Mesir, ingatlah, supaya segala mujizat yang telah Kuserahkan ke dalam tanganmu, kauperbuat di depan Firaun. Tetapi Aku akan mengeraskan hatinya, sehingga ia tidak membiarkan bangsa itu pergi. Dari ayat diatas terlihat seakan-akan Allah telah”menetapkan suatu kejahatan dengan cara mengeraskan hati Firaun” sehingga seakan-akan “kejahatan berasal dari Allah”. Namun kita harus berhati-hati di dalam memahami ayat diatas, karena jika tidak maka kita akan masuk ke dalam pemahaman dimana “Allah adalah Pencipta dosa”. Dari penjelasan-penjelasan saya sebelumnya , kita telah mengetahui bahwa semua manusia telah berdosa termasuk Firaun. Dan kita juga mengetahui bahwa jika Allah tidak memberikan AnugerahNya maka manusia hanya dapat melakukan apa yang jahat. Maka saya memahami ayat diatas sbb: Pada saat Allah”menetapkan” untuk mengeraskan hati Firaun, maka hal tersebut sama dengan Allah tidak memberikan AnugerahNya kepada Firaun untuk menahan “hatinya yang keras” sehingga terjadilah hal tsb. Dan dalam hal ini pun menurut saya ,kita tidak boleh mengatakan bahwa karena Allah tidak memberikan “AnugerahNya” kepada Firaun maka Allah adalah “penyebab kejahatan tsb” atau ”kejahatan tsb berasal dari Allah”. Dan satu hal yang perlu kita pahami bahwa Anugerah Allah adalah hak Allah semata(Ia berhak memberikan AnugerahNya kepada siapa yang Ia hendak memberikan AnugerahNya dan tidak memberikan AnugerahNya kepada siapa Ia tidak hendak memberikannya). Kita tidak dapat mengatakan karena Allah tidak memberikan AnugerahNya kepada saya maka saya melakukan dosa, seperti halnya keselamatan. Jadi orang yg akan masuk ke dalam penghukuman kekal tidak dapat mengatakan karena Allah tidak mengAnugerahkan keselamatan kepada saya maka saya harus masuk ke dalam penghukuman kekal. Tetapi sebaliknya kita harus mengerti bahwa orang yg akan masuk ke dalam penghukuman kekal adalah karena dosa yang diperbuatnya. Demikian pula pada saat kita melakukan dosa, itu karena kita diseret untuk mengikuti keinginan daging kita (berpusat pada diri sendiri). Demikian juga dengan ayat2 lainnya yang menyatakan seakan-akan Allah-lah pencipta dosa. Kita dapat memahaminya dengan konsep pemikiran spt diatas. Mungkin penjelasan saya ini tidak dapat menyelesaikan semua persoalan yang ada, namun di topic ini saya mencoba menjelaskan dari salah satu sudut pandang dimana “Allah bukan-lah Pencipta dosa”. Dan segala sesuatu yang terjadi tetap berada di dalam Kedaulatan Allah. Berikut ini adalah penjelasan dari Bapa Gereja Augustinus dan Tokoh Reformasi John Calvin: Dosa masuk karena izin Allah yang effektif, seturut istilah Augustinus (permission efficax). Allah mengizinkan dosa, namun manusia yang harus dipersalahkan, bukan Allah. Tetapi Allah secara effektif mengizinkan dosa. Calvin memaparkan hal berikut :” manusia menghendaki suatu kehendak yang jahat, Allah menghendaki suatu kehendak yang baik.” “kejahatan yang berlawanan dengan kehendak Allah, tidak dilakukan tanpa “seizin” dari Allah, karena tanpa “seizin” Allah, hal itu sama sekali tidak mungkin terjadi.” Note: Saya pribadi lebih tertarik menggunakan istilah dari Augustinus yaitu “permission efficax” dari pada kata “menetapkan”, namun bagi saya juga tidak masalah jika menggunakan kata “menetapkan” selama pengertiannya “mengizinkan secara effektif”. Karena kata “menetapkan” memiliki konotasi yang negative yang “seakan-akan kejahatan berasal dari Allah”. Untuk itu kita harus memahami terlebih dahulu maksud dari kata tsb agar tidak terjadi salah pengertian yang menyebabkan kita berpikir bahwa Allah-lah Pencipta dosa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar